IDUL ADHA : TINGKATKAN KETAATAN, WUJUDKAN PERSATUAN

IDUL ADHA: Tingkatkan Ketaatan, Wujudkan Persatuan

أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْني وَ إِيِاكُمْ بِتَقْوَاللهِ، لَعَلَّكْمْ تُفْلِحُوْنَ فِي الدِّيْنِ وَ الدُّنْيَا وَ اْلأَخِرَةْ.

Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn, segala pujian milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan suri teladan kita, Rasulullah Muhammad saw.; kepada keluarga dan para shahabatnya; serta kepada seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya dan berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskan risalah itu ke seluruh pelosok dunia hingga akhir zaman.

Hari ini umat Islam di seluruh penjuru dunia bersama-sama menggemakan pujian atas kebesaran Allah SWT. Lebih dari 1,6 miliar kaum Muslim di seluruh dunia mengagungkan asma-Nya. Mereka melantunkan takbir, tahlil dan tahmid. Lebih dari 2 juta saudara kita, kaum Muslim dari segala penjuru dunia, terhampar di Padang Arafah. Mereka menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Pada hari Idul Adha, 10 Dzul Hijjah 1438 H ini, kembali kita mengenang peristiwa agung pengorbanan Nabi Ibrahim as. dalam menaati perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail. Bagi Nabi Ibrahim as., Ismail adalah buah hati, harapan dan kecintaannya yang telah sangat lama didambakan. Akan tetapi, di tengah rasa bahagia itu, turunlah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

Lalu ketika Ismail telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Anakku, sungguh Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih kamu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu.” (QS ash-Shaffat [37]: 102).

 Menghadapi perintah itu, Nabi Ibrahim sas. mengedepankan kecintaan yang tinggi, yakni kecintaan kepada Allah SWT. Ia menyingkirkan kecintaan yang rendah, yakni kecintaan kepada anak, harta dan dunia.

Perintah amat berat itu pun disambut oleh Ismail as. dengan penuh kesabaran. Dia pun mengukuhkan keteguhan jiwa ayahandanya dengan mengatakan:

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Ismail berkata, “Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS ash-Shaffat [37]: 102).

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Kisah Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. tersebut haruslah menjadi teladan bagi kaum Muslim saat ini. Tidak hanya teladan dalam pelaksanaan ibadah haji dan ibadah kurban, namun juga teladan dalam berjuang dan berkorban demi mewujudkan ketaatan kepada hukum-hukum Allah SWT secara kâffah.
Sebagaimana kita saksikan saat ini, banyak hukum Allah SWT yang diabaikan, khususnya syariah Islam yang berkaitan dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara; baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, hukum pidana, pendidikan, politik luar negeri dan sebagainya. Syariah Islam yang belum diamalkan secara kâffah dalam kehidupan kita inilah yang menyebabkan kehidupan kaum Muslim saat ini terpuruk dan terjajah.

Berbagai persoalan kini menimpa kaum Muslim di berbagai negeri. Saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Mesir, Irak, Afganistan, Xinjiang, Myanmar, Chechnya, Rohingya, dsb dijajah, disiksa dibantai dan banyak yang diusir dari negerinya. Tak ada yang melindungi dan membela mereka. Di Suriah, misalnya, kaum Muslim harus terus menghadapi kekejaman rezim Bashar Assad yang berkonspirasi dengan Iran, Rusia dan Cina. Hingga saat ini sudah lebih dari 500.000 orang warga Suriah terbunuh dan jutaan lainnya mengungsi. Di Palestina kaum Muslim sudah puluhan tahun harus tinggal di wilayah sempit Jalur Gaza dan Tepi Barat. Mereka hidup di bawah penjajahan dan kekejaman militer Israel yang sudah melampaui batas perikemanusiaan.

Adapun di Indonesia, negara kini terbelit hutang hingga mencapai Rp 3.700 triliun. Rakyat semakin terhimpit kemiskinan. Harga-harga kebutuhan pokok terus membumbung tinggi. Pendidikan mahal tetapi kualitasnya rendah. Kekayaan alam milik rakyat dikeruk oleh korporasi asing. Layanan kesehatan makin mahal. Kasus narkoba semakin marak. Korupsi kian merajalela. Tentu, masih banyak persoalan lain yang mendera.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Semua bencana yang menimpa kaum Muslim di atas semakin membuktikan kebenaran pernyataan Rasulullah saw.:

« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا »

Nyaris berbagai umat menyerang kalian seperti makanan yang disantap dari tempat sajiannya (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Apa yang diperingatkan oleh Baginda Rasulullah saw. di atas menjadi kenyataan pada hari ini. Kaum Muslim seolah menjadi santapan para penjajah, baik dari Barat maupun Timur. Kekayaan alam umat dikuras. Dakwah dan perjuangan politik mereka dihadang dan dibelenggu. Darah mereka banyak ditumpahkan. Tanah air mereka dirampas. Mereka sendiri terusir dari negeri mereka. Inilah realita memilukan kaum Muslim.

Menyaksikan fakta kaum Muslim tersebut, sudah selayaknya segenap komponen kaum Muslim turut membela Islam dan umatnya. Pembelaan terhadap Islam secara tegas diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-Quran. Allah SWT, misalnya, berfirman:

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

Sungguh Allah akan menolong orang yang membela Dia. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa (QS al-Hajj [22]: 40).

Allah SWT pun berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Hai orang-orang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian (QS Muhammad [47]: 7).

Imam ar-Razi menjelaskan, frasa “In tanshurû-lLâh (jika kalian menolong Allah)” bermakna: menolong agama-Nya, memperjuangkan syariah-Nya serta membantu para pejuang yang memperjuangkan agama dan syariah-Nya.

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Untuk membela Islam dan kaum Muslim, tentu dibutuhkan persatuan dan kerjasama seluruh komponen umat Islam. Di sinilah pentingnya kita mengokohkan kembali ukhuwah (persaudaraan) kita karena semua kaum Mukmin adalah bersaudara. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara saudara-saudara kalian (QS al-Hujurat [49]: 10).

Sebaliknya, kaum Mukmin diharamkan berpecah-belah, sebagaimana firman-Nya:

وَلَا تَفَرَّقُواوَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعً

Berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah dan jangan berpecah-belah (QS Ali Imran [3]: 103).

Persaudaraan Islam (ukhuwah islamiyyah) adalah persaudaraan yang diikat oleh akidah yang sama, yakni akidah Islam. Persaudaraan semacam ini jelas bersifat global, tidak dibatasi oleh letak garis geografis antarnegeri.

          اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Rasulullah saw. dan para sahabatnya telah memberikan teladan kepada kita dalam membela agama Allah SWT, yakni melalui perjuangan dakwah mereka untuk menerapkan syariah Islam secara kâffah sebagai perkara hidup dan mati. Beliau menegaskan bahwa beliau tidak akan mundur selangkah pun hingga kemenangan itu datang atau binasa dalam perjuangan dakwah. Beliau bersabda:

«وَاَللّهِ لَوْ وَضَعُوا الشّمْسَ فِي يَمِينِي، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَ حَتّى يُظْهِرَهُ اللّهُ أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ مَا تَرَكْتُهُ».

Demi Allah, andai mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, (lalu mereka minta) agar aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka sampai agama ini Allah menangkan atau aku binasa di jalannya, aku tetap tidak akan meninggalkannya (HR Ibn Hisyam).

Dalam menempuh jalan dakwah, Rasulullah saw. dan para sahabatnya juga mengalami tantangan, hambatan dan gangguan. Di antara mereka ada yang mendapatkan cacian, siksaan dan pembunuhan. Akan tetapi, mereka tidak surut langkah. Mereka yakin bahwa Allah SWT bersama mereka dan memberikan pertolongan kepada mereka di dunia dan akhirat.

Para penguasa memang bisa bertindak zalim dan sewenang-sewenang. Akan tetapi, mereka tidak akan bisa menimpakan musibah sedikit pun kecuali dengan seizin Allah SWT.  Semua itu sudah tercatat dalam Lawh al-Mahfûzh. Allah SWT berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lawh al-Mahfûzh) sebelum Kami menciptakannya. Sungguh yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang Dia berikan kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS al-Hadid [57]: 22-23).

Karena itu wajib bagi kita kaum Muslim untuk terus-menerus berjuang menerapkan syariah Islam secara kâffah, sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Tentu dengan menanggung segala risiko hingga agama ini Allah SWT menangkan atau kita binasa karenanya.

 Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Memang, perubahan besar dunia menuju tegaknya syariah secara kâffah tersebut tidak mudah; memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang besar dari segenap kaum Muslim. Namun, dengan pengorbanan serta persatuan seluruh elemen umat, insya Allah perjuangan yang memang sekilas tampak sulit itu akan menemukan hasilnya dalam waktu yang tidak lama lagi. Demikianlah sebagaimana yang telah Allah SWT janjikan:

 وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka—sesudah mereka berada dalam ketakutan—menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik (QS an-Nur [24]: 55).

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT mengabulkan seluruh permohonan kita. Semoga Allah SWT pun memberi kita kesabaran dan keikhlasan serta menguatkan ketaatan dan persatuan kaum Musli dalam perjuangan dakwah untuk tegaknya syariah secara kâffah di muka bumi ini.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا، اَنْتَ مَوْلاَنَا، فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ، اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ.
 اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته